Diposkan pada Cerpen, Dongeng

Masih Menunggu

Ia berjalan didepanku,setiap langkah-nya begitu indah. Meski,tak semua orang beranggapan seperti itu.

“I don’t care!” kata-ku dalam hati.

Bagiku ia adalah wanita pertama yang membuatku mengenal apa itu cinta,apa itu sayang dan ia adalah yang pertama membuatku jatuh hati. Ya,ialah cinta pertama-ku.

Rifa nama-nya,ia adalah adik kelasku. untuk saat ini Aku biarkan ia fokus pada sekolah-nya,Aku tak akan terburu-buru mengungkapkan perasaanku. Yah,walau belum tentu Aku juga diterima. Namun lagipula,Aku yakin tak akan ada yang tertarik dengan-nya. Gadis yang sedikit tomboi dengan rambut keriting disertai kutu di rambutnya serta penampilan lusuh-nya di tambah bau badan-nya yang khas itu membuat siswa manapun tak akan mau mendekati nya.

“Rifa?” panggil-ku.
“Apa!!!” kata dia dengan gaya bicara tomboi-nya itu.
“Gak apa-apa.” kata-ku dengan tersenyum.
“Dasar aneh!” kata dia.

Ia-pun melanjutkan langkah-nya.

Lambat laun kami menjadi semakin dekat,bahkan kami menjadi sahabat. Dan Aku harus bersusah payah beradaptasi dengan kutu-kutu di rambutnya itu dan juga bau badan-nya.
Semua-nya Aku lakukan semata-mata karena Aku mencintai-nya.
Ternyata ia orang yang lumayan asik juga,belum pernah Aku menemukan perempuan yang seperti Rifa ini.

Suatu hari,
Aku mengajak Rifa mengunjungi sebuah bukit,dari bukit itu kami bisa melihat pemandangan kota.
Ternyata Rifa sama sepertiku,ia menyukai tempat ini. Dan bukit ini-pun menjadi tempat nyantai favourit kami.
Kami berbaring pada rerumputan,dengan tangan terentang dan pandangan masih ke arah kota itu.

Aku menunjuk ke arah kota itu,

“Lihatlah kota itu,hiruk pikuk-nya,keramaian-nya dan panas-nya. Itu membuatku tidak betah berlama-lama disana. Lebih baik disini tenang,damai…” kata-ku.
“Iya,disini sejuk. Sungguh mendamaikan hati.” kata Rifa.

Aku menatap Rifa,

“Lebih damai lagi hatiku,karena aku berada di sampingmu saat ini.” kata-ku dalam hati.
“Hm,ada apa?” tanya dia.
“Eee… Ngak kok!” kata-ku.

Aku segera mengalihkan pandangan-ku.

“Ada apa!!!” ia menatap-ku tajam.
“Gak,gak ada apa apa fa.” kata-ku.
“Katakan!” ia mulai kesal.

Sepertinya ia sangat penasaran,pada apa alasanku menatap-nya terlalu lama. Aku harus segera mencari ide untuk membuat-nya percaya bahwa memang tidak ada apa-apa. Karena kalau tidak Aku akan mendapat hadiah yang menyeramkan.
Rifa akan meletakkan memeluk erat diriku menggunakan ketiak-nya,dan Aku akan menghirup bau badan-nya itu. Terakhir kali Aku ingat ia melakukan hal itu karena Aku menghabiskan semangkuk mie instan milik-nya,yang menyadarkanku bahwa perbuatan itu mencuri mie instan Rifa itu sia-sia saja. Karena,mengakibatkan Aku muntah-muntah. Aku memuntahkan apa yamg baru saja Aku makan,itu karena bau badan Rifa yang sangat bau. Bahkan lebih bau dari seorang lelaki perokok yang dewasa.
Meski-pun begitu ia tak pernah menyadari hal itu,ia tetap saja tidak tahu kalau badan-nya itu sangat bau.
Saat itu Rifa panik karena Aku muntah-muntah,kemarahan-nya akibat mie instan-nya Aku makan seketika mereda. Dan ia-pun panik.

“Loe,kenapa???” tanya Rifa.
“Gue,gue,masuk angin fa.” jawab-ku beralasan.

Tak akan mungkin pula Aku mengatakan hal yang sebenar-nya pada Rifa,Aku takkan pernah sekalipun membuat hati-nya terluka. Biarlah Aku saja yang menderita asalkan ia tidak.

10 tahun kemudian…

Kami berdua terpisah,Aku bekerja di luar kota dan Rifa pun sama.
Sudah beberapa tahun kami tidak bertemu,dan saat ini akhirnya kita akan bertemu kembali.
Kami berdua janjian untuk cuti di hari yang sama.

Hari itu,

Aku sudah menunggu di bukit tempat biasanya Aku dan Rifa bersama,tempat favourit kita.

Ketika aku sedang memandangi kota dari bukit ini,tiba-tiba seseorang menepuk pundak-ku dari belakang…

“Hey,udah lama ya? Maaf ya aku terlambat.” kata orang itu.
“Aku, dia minta maaf. Benar-benar aneh. Dan ia tidak memakai jaket dan celana jeans-nya yang bahkan selalu setiap hari ia kenakan dulu,sekarang dia memakai rok panjang. Dia jadi feminim. dan dia semakin cantik.” kata-ku dalam hati.

Aku terus memandangi-nya,aku masih di buat heran dengan perubahan-nya yang drastis ini.
Lalu dengan cepat ia memelukku.

“Aku kangen banget sama kamu,sudah lama sekali ya kita tidak bertemu?!.” kata dia sambil memelukku.
“I…iya.” jawabku.
“Bahkan bau ketek-nya pun telah hilang,dan sekarang ia wangi.” kata-ku dalam hati.

Lalu kami banyak mengobrol. ia bercerita,dan akupun bercerita. Untuk kesekian lamanya kita bisa berdua,bersama,tersenyum,tertawa dan bahagia.

Hingga pada saat-nya ia menceritakan hal itu,

“Sebenarnya,bulan depan Aku mau nikah.” kata dia.

Aku terkejut,jantungku seolah berhenti berdetak. Musnahlah harapanku,hancurlah hatiku.

“Ni…nikah?” tanyaku.
“Iya,nikah.” jawabnya.
“Tapi… Kok cepet banget,sama siapa?” tanyaku lagi.
“Sama Dimas,kamu tahu Dimas kan? Itu lhoh teman sekolah kita. Sebenarnya kita sudah pacaran sejak 1 tahun yang lalu,dia adalah orang yang membuatku berubah seperti sekarang ini. Dialah orang yang Aku cintai,dialah cinta pertamaku.” kata Rifa tersenyum.
“O…oh…selamat ya.” kataku.

Meski mata-ku berkaca-kaca,tapi Aku tetap berusaha tersenyum padanya.

“Tapi,kita masih sahabat kan?” tanyaku.
“Iya dong,kita tetap sahabat. Sahabat selamanya.” kata dia.

Beberapa bulan kemudian,

Hari ini adalah hari pernikahan Rifa,namun Aku tak beranjak dari tempat tidurku. Aku memutuskan untuk tidak menghadiri pesta pernikahannya itu,dan lebih memilih menyendiri di kamar ini sambil memandangi foto-foto kebersamaan kita dulu.
Aku tak akan sanggup bila melihat ia dengan lelaki pilihan-nya itu,sungguh itu pasti akan membuatku sangat sakit hati.

“Ternyata Aku kurang cepat ya?!” kataku.

Tanpa tersadar air mataku mengalir,aku segera menghapusnya dengan tangaku.

Puas Aku berdiam diri di kamarku,aku mencoba tempat lain untuk mencoba sejenak melupakan semua kesedihanku saat ini. Aku pergi ke bukit itu lagi. Namun,disana justru Aku semakin teringat pada Rifa,pada kenangan-kenangan kita,tentang semuanya.

“Aku tak akan pernah bisa melupakanmu,Aku tak akan pernah bisa membuatmu hilang dari hati dan pikiranku, dan Aku juga tak akan bisa menghapusmu dari hidupku. Semua tentangmu akan selalu ada,akan selalu ku ingat. Jadi,Aku akan menunggumu. Walau entah sampai kapanpun itu,Aku akan tetap menunggumu. Walau nantinya kau takkan bisa Aku miliki di dunia ini,namun mungkin di dunia lain Aku akan bisa memilikimu. Mungkin akan ada kesempatan untuk ku ungkapkan perasaan hati ini yang selama ini Aku pendam. Hati ini telah memilihmu,dan selamanya akan begitu. Meskipun nanti Aku tetap tak dapat memilikimu,namun Aku tetap menunggumu,masih menunggu,sampai kapanpun masih menunggumu.”

Selesai.

Penulis:

Memiliki nama asli Aris Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas(2020) dan Ketika Angin Berembus(2021). Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll

4 tanggapan untuk “Masih Menunggu

Tinggalkan komentar