Diposkan pada Cerpen

Petualangan 5 Elemen Part II : Menemukan Pengendali Petir


Di depan banyak siswa Evan terpeleset dan jatuh,
“Hahahahahahaha…” semua orang yang ada disana menertawakan Even.

“Sial,kenapa harus jatuh disini.” kata Evan dalam hati.
Lalu Evan melihat ke sekitar,disana ia lihat banyak sekali minyak yang tumpah di lantai.
“Minyak? Perbuatan siapa ini?” tanya Evan dalam hati.
Lalu Evan melihat ke arah para siswa,disana ia lihat segerombolan orang yang mencurigakan. Itu adalah geng-nya martin,mereka tertawa dan saling tos saat Evan terjatuh. Itu seolah menunjukan kalau mereka berhasil menjalankan sebuah misi.
Evan pun mencoba berdiri,ia kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Evan berniat mengganti bajunya yang kotor,ia meletakkan bajunya di sebuah pintu. Namun saat Evan mau memakainya baju itu sudah tidak ada,termasuk tas dan juga baju yang kotor pun juga sudah tidak ada disana. Evan terpaksa keluar kamar mandi hanya menggunakan celana dalam saja.
“Hahahahahaha…” suara banyak orang tertawa itu kembali terdengar.
Evan sangat malu,bahkan ia sampai menangis dibuatnya.

Evan pulang dengan hanya memakai celana dalam dan telanjang dada. Disepanjang jalan orang-orang melihatnya,menertawakannya,bahkan ada yang meneriakkan “orang gila” terhadapnya. Ada juga yang melemparinya dengan kotoran dan batu  membuatnya semakin malu dan sedih hati.
Sesampainya dirumah ia segera membersihkan dirinya yang kotor itu,lalu ia duduk di sebuah kursi di ruang makan.
Dan…

Ia mengingat saat-saat bersama ayah dan ibunya dulu.
Di meja makan waktu itu,
“Nak,cita-cita apa?” tanya ibunya.

“Aku pengen jadi polisi ibu.” jawab Evan.

“Kalau kamu pengen jadi polisi kamu harus kuat,ayo makanlah yang banyak!” kata ayah Evan.

“Baik!” jawab Evan.
Ibu dan ayah Evan adalah satu-satunya orang yang selalu mendukung Evan,namun sayang mereka sudah meninggal dunia. Ia tinggal di rumah ini sendirian saja,dan bisa makan&sekolah berkat bantuan dari pemerintah.
“Kuat!” Evan mengingat kata ayahnya itu.
“Aku harus jadi kuat!!!” kata Evan.
“Hyaaaaa…..”
Tiba-tiba petir keluar dari telapak tangannya…

Evan kaget,
“Apa itu?” tanya Evan.
Ternyata Evan baru saja mengeluarkan kekuatan petir.
“Petir?” kata Evan.
“Hyaaaa…” kata Evan.
Dan petir itupun keluar lagi,
“Hahaha…aku punya kekuatan! Akhirnya aku bisa membalas dendam pada mereka.” kata Evan girang.
❇Di sekolah
Martin dan gengnya berjalan dengan sok keren dan songongnya melewati para siswa yang duduk di bangku depan ruang kelas.

Namun,
“Bruk!!! Bruk!!! Bruk!!!”
Martin dan gengnya jatuh,di depan banyak orang. Sontak mereka semua menertawakannya.

Mertin melihat ke sekitar,ia menemukan sebuah tali.
“Tali?” tanyanya dalam hati.
Martin pun berdiri,dan semuanya masih saja menertawakannya.
“Diam!!!” teriak Martin.
Seketika suasana menjadi hening,tak ada yang berani melawan Martin dan gengnya yang terkenal sadis itu.

Akan tetapi,
“Hahaha…hahaha…hahaha…”
Seseorang dibalik tembok terus saja tertawa meski Martin sudah menyuruh semua orang untuk menghentikannya,Martin mendekati suara itu dan betapa terkejutnya ia saat tahu bahwa orang itu adalah Evan.
“Evan? Loe…” kata Martin.
Belum selesai Martin berkata,sudah di timpal oleh Evan.
“Iya,emang gue yang ngelakuin. Mau apa loe?” kata Evan.

“Loe berani sama gue?” tanya Martin.

“Gak ada yang perlu gue takutin dari loe!” jawab Evan.

“Kurang ajar!” teriak Martin.

“Pegang dia.” kata Martin.
Martin menyuruh temannya memegang tangan Evan,sementara ia bersiap memukulnya.
“Rasakan ini… Bughhh!” kata Martin.
Pukulan itu mendarat tepat di perut Evan.
“Akh…!” Evan merintih kesakitan.
Tak hanya di perut,Martin juga memukul wajah Evan berkali-kali hingga ia babak belur. Sampai pada akhirnya Martin lelah.
“Udah puas loe?” tanya Evan.
Tiba-tiba petir keluar dari balik telapak tangannya dan membuat dua orang yang memegangi tangannya tersengat hingga terpental jauh. Martin pun kaget dibuatnya.
“A…apa ini? Kau…bisa mengendalikan petir?” tanya Martin.

“Iya,petirku inilah yang akan membunuhmu.” kata Evan.

“A…a…apa!!!” kata Martin terbata-bata.
Martin melihat ke arah teman-temannya yang kini jatuh terkapar tak berdaya setelah terkena petir Evan.

Martin semakin diselimuti perasaan ketakutan,perlahan ia berjalan mundur mencari kesempatan untuk lari dari tempat itu.
Sementara itu di tempat lain,
Boy,Dina,Rini dan juga Rio melaju terbang menuju ke arah Evan berada,mereka terbang menggunakan awan yang bisa dikendalikan berkat kekuatan elemen angin milik Rio.
“Kita harus cepat,jangan sampai terlambat.” kata Rio.
Evan mengubah petirnya menjadi petir yang berbentuk sebuah tombak,dan siap menyerang Martin yang kini sedang berlari mencoba untuk kabur.
“Larilah sebisa loe berlaro Martin,tapi sayangnya petir gue akan bisa mengejar loe kemanapun loe berlari. Hahaha…” teriak Evan.
“Kekuatan petir!” kata Evan.
Lalu Evan melapaskan tombak petir yang ia pegang dan tombak petir itu pun melaju ke arah Martin. Sementara itu dari atas mereka mencoba mencegah petir itu sampai pada martin.
“Kekuatan api!”

“Kekuatan air!”

“Kekuatan tanah!”
Namun tombak petir itu masih melaju ke arah Martin,orang-orang yang ada di sekitar sana di buat terheran-heran. Bagaimana mungkin api,air,dan tanah mendarat di halaman sekolah secara bersamaan.
“Ini saatnya giliranku,kekuatan angin!” kata Rio.
Lalu angin kencang berhembus menghembuskan tombak petir itu dan tombak itu berbelok mengarah ke sebuah pohon besar. Pohon itu terkena tombak petir itu,sempat terdengar ledakan yang cukup keras hingga akhirnya pohon itu rubuh.
“Luar biasa!” kata Boy heran.

“Habat,pengendali petir itu benar-benar hebat.” kata Dina.
Lalu mereka berempat turun dari langit dan mendekati Evan yang sedang marah saat itu.
“Hey pengendali petir,gunakanlah kekuatanmu sebaik-baiknya. Atau dewa akan mengambilnya.” kata Rio.

“Siapa kalian?” tanya Evan.

“Kami adalah pengendali elemen sama seperti dirimu.” jawab Rio.

“Aku Boy pengendali elemen tanah.” kata Boy.

“Aku Dina pengendali elemen api.” kata Dina.

“Aku Rini pengendali elemen air.” kata Rini.

“Dan aku…Rio pengendali elemen angin.” kata Rio.

“Kamu tidak seharusnya sembarangan menggunakan kekuatanmu itu.” kata Rini.

“Karena sesungguhnya kekuatan itu untuk melawan kejahatan bukan berbuat kejahatan.” kata Rio.

“Bergabunglah bersama kami.” kata Rini.

“Dan jadilah pahlawan.” kata Rio.

“Pahlawan?” tanya Evan.

“Iya,pahlawan yang kuat!” kata Boy.
Evan meneteskan air mata,seketika kemarahannya itu mereda. Ketika mendengar kata “kuat” itu teringat pada mendiang ayahnya.
“He…apa ada yang salah dengan kata-kataku?” tanya Boy.

“Tidak.” jawab Rio.

“Baiklah,aku akan bergabung dengan kalian.” kata Evan.

“Akhirnya…semua elemen telah lengkap.” kata Rini.

“Iya.” tambah Dina.
Karena terlalu girangnya tanpa sadar Dina memeluk Rini,hanya sebentar saja dan Dina melepasnya dengan memasang wajah sengitnya kembali. Lalu Evan ikut dengan mereka menaiki awan itu lalu awan itu melaju menuju ke basecamp pengendali elemen.
Sesampainya di basecamp,

Bersambung ke bagian 3

Penulis:

Memiliki nama asli Aris Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas(2020) dan Ketika Angin Berembus(2021). Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll

8 tanggapan untuk “Petualangan 5 Elemen Part II : Menemukan Pengendali Petir

Tinggalkan komentar