Diposkan pada Cerpen, Novel

Ya,aku mau!


Aku berjalan melewati jalan ini lagi,yang dimana di kiri dan kanannya dipenuhi oleh pohon yang rindang yang membuat jalan ini teduh.

Pagi ini sangatlah dingin,aku memutuskan untuk berjalan kaki agar badanku bergerak dan mungkin akan mulai hangat.

Pagi ini masih gelap,padahal jam di tenganku menunjukan jam 07:00.

Kulihat ke atas sana,ternyata mendung. Awan hitam menyelimuti langit.

Perpaduan mendung dan embun pagi yang di terbangkan oleh angin,membuat pagi ini semakin bertambah dingin. Suasana inilah yang selalu aku rindukan.

Langit mulai menangis,dia menetekan air hujan,bahkan tetesannya semakin banyak.

Tapi untunglah aku telah sampai di tempat ini. Sebuah sekolah yang dulu aku belajar disini.

Karena hari minggu,jadi sekolahan ini sepi. Dan Aku bisa bebas memasuki setiap ruang kelas yang penuh kenangan.
“Mas?” panggil seseorang dari belakangku.

“Ya.” jawabku,Aku menoleh ke orang itu.
Orang itu adalah pak Herman,seorang tukang kebun yang sekaligus tukang cleaning service di sekolah ini.
“Maaf,mas ini siapa ya?” tanyanya.

“Lhoh,bapak lupa sama saya? Saya alumni sekolah ini pak,nama saya adit.” jawabku.

“Adit? angkatan berapa mas?” tanyanya lagi.

“2006 pak.” jawabku.

“Aditya ya? yang cupu itu kan? kok sekarang gak? sudah banyak berubah nih,sekarang sudah ganteng.” kata pak Herman.

“Terima kasih.” kataku.

“Kalau begitu saya masuk dulu ya pak.” kataku.

“iya,silahkan.” kata pak Herman.
Aku berjalan perlahan melewati lorong sekolah,hingga sampailah Aku pada sebuah belokan yang menuju ke ruang-ruang. Disana Aku masuk ke sebuah ruang bertuliskan “12 A”.

Lalu Aku mendekati papan tulis yang ada disana.

Papan yang dulu pernah pacarku gunakan untuk mengungkapkan perasaannya kepadaku.
❇❇❇
Waktu itu…
Aku memasuki ruang kelas karena ku dengar bel masuk telah berbunyi. Meskipun begitu,ruangan kelas terlihat sangatlah sepi.

Entah kemana perginya makhluk penghuni kelas ini.

Mataku melirik ke sebuah papan tulis,dan mulai serius mengamatinya.

Disana tertulis… “Aditya,aku cinta kamu? Maukah kamu jadi pacarku?”.

Aku risih melihatnya.
“Apa-apaan,masih sekolah kok bahas soal pacar.” batinku.
Aku menghapus tulisan itu,sebelum ada yang melihatnya.

Beberapa saat kemudian semua murid kelas 12A masuk. Bersamaan dengan pak Sigit,seorang guru geografi.

Aku dibuat heran saat sepanjang pelajaran kulihat teman-teman kelasku menatap kepadaku dengan tatapan aneh dan berbeda-beda.

Lalu setelah pelajaran selesai barulah Aku bertanya pada Diva sahabatku.
“Sebenarnya ada apa sih div? Kok pada melihatku dengan tatapan seperti itu?” Tanyaku.
Bukannya menjawab,Diva malah lari meninggalkanku. Kudengar ia terisak.

Aku mulai penasaran,sebenarnya ada apa.

Lalu Aku bertanya pada seorang murid yang lain.
“Sebenarnya ada apa sih? Kok pada aneh gitu?” tanyaku.

“Kamu itu jahat! Setidaknya kalau kamu menolak Diva,kamu tulis dipapan itu. Malah main langsung dihapus aja. Uuu… dasar jahat!!!” bentaknya.

“Jadi Diva yang nulis di papan itu?” tanyaku lagi.

“Kamu pikir aja sendiri.” kata dia.
Aku tetap teguh pada pendirianku,tidak akan mengenal cinta pendidikanku selesai. Namun ternyata Diva tidak pernah menyerah. Ia dengan berani mengungkapkan perasaannya didepanku. Dan lagi Aku menolaknya.

Dia tetap tak menyerah,bahkan ia berkata ingin menunggu sampai kapanpun.

Lama-kelamaan hatiku di buat luluh karena usaha dan kesetiaannya itu. Saat Aku telah lulus dari kuliahku,Aku menemui Diva dan menjawab perasaannya. Aku menerimanya,dia terlihat sangat bahagia. Saat itu pula dia memelukku dan berkata “Terima kasih.” ucapnya.
❇❇❇
Kamipun akan segera menikah,tapi kurasa Aku masih belum melakukan satu hal. Yaitu menjawab perasaan Diva yang tertulis di papan ini.

Aku mengambil sebuah kapur putih,lalu mulai menulis.

Di papan ini Aku menuliskan jawabanku.
“Ya,aku mau!”.
Selesai.

Penulis:

Memiliki nama asli Aris Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas(2020) dan Ketika Angin Berembus(2021). Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll

14 tanggapan untuk “Ya,aku mau!

      1. Hehe iya bagus.. bikin baper. Nyata ga tuh? 😁
        .
        Lah yg itu yg aku kasi tau.. kalimatnya ada kata yg kurang. Pas nyampe ‘tidak akan mengenal cinta pendidikanku selesai’
        Coba deh baca lagi

        Suka

Tinggalkan komentar