Diposkan pada Cerpen, Dongeng

Lebaran Sebentar Lagi,Bapak Tak Jua Kembali

Suara lantunkan takbir terdengar dimana-mana. Namun Akhmad masih ada di tepi pantai,ia menangis dan sedih,ia berduka. Anak kecil berumur 9 tahun itu masih percaya kalau ayahnya akan pulang dan akan menepati janjinya membelikannya baju baru untuk lebaran.

⚫⚫⚫

“Bapak! Bapak…!!! Bapak…..!!!!!” teriak Akhmad.

Setiap sore hari menjelang petang ia selalu pergi ke pantai,ia masih berharap ayahnya akan pulang.
Ayahnya pergi melaut pada puasa hari ke-25,sudah berhari-hari lamanya,namun sampai puasa usaipun ia tak jua kembali.
Saat ayahnya Akhmad pergi melaut waktu itu cuacanya buruk. namun mau bagaimana lagi,kebutuhan semakin banyak,apalagi sebentar lagi lebaran.

❇❇❇

Saat itu…
Puasa hari ke-25
Di tepian pantai

“Bapak,semoga dapat ikan yang besar ya yah!” kata Akhmad.
“Iya nak,doakan bapakmu ini ya agar dapat ikan yang banyak dan besar. Bapak janji akan membelikanmu baju baru untuk lebaran saat bapak pulang nanti.” kata ayahnya dengan tersenyum.
“Beneran pak?” tanya Akhmad.
“Iya.” kata ayahnya.
“Pak,apa tidak sebaiknya bapak tidak berhenti melaut dulu. Ombaknya lumayan besar,dan mendung pula.” kata ibu Akhmad,ia tampak khawatir.
“Sudahlah buk,bapak ini akan baik-baik saja. Ibuk doakan saja agar bapak cepat pulang.” kata bapak.

Lalu ayah Akhmad mendorong perahu itu hingga menjauh dari pantai,di temani beberapa temannya ia pergi melaut di saat cuaca buruk waktu itu.
Akhmad dan ibunya melambaikan tangannya,bapak Akhmad yang melihatnya lalu membalasnya.
Perahu itu melaju ke perlahan-lahan menuju ke tenggah laut hingga ia semakin terlihat kecil dari pantai.

❇❇❇

Hari ini adalah puasa hari ke-26,seharusnya ayahnya Akhmad sudah pulang dari aktifitas melautnya itu. Namun ternyata ia tak pulang-pulang.
Akhmad yang tidak sabar menunggu kepulangan ayahnya itupun lalu mengajak ibunya untuk pergi ke pantai untuk menyambut kepulangan ayahnya.

Dan akhirnya sore itu mereka berangkat ke pantai.

Di pantai,

“Buk,aku yakin bapak pasti dapat banyak ikan.” kata Akhmad.
“Iya.” kata ibunya Akhmad.

Beberapa jam kemudian,

“Buk,kok bapak lama ya padahal sudah mau buka ni. Biasanya jam 4 juga udah sampai,tapi kok sampai jam setengah 6 belum ya!?” kata Akhmad.
“Ibu juga tidak tahu nak.” kata ibunya.

Sebenarnya dalam hati ibunya Akhmad,ia sangat takut dan juga khawatir. Takut bila sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.
Setelah menunggu lama akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan pantai dan pulang.

Sesampainya di rumah,

“Lho,kok kalian berdua saja. Mana bapak?” tanya Lisun,kakaknya Akhmad.
“Habisnya bapak lama,jadi di tinggal deh.” kata Akhmad.
“Mungkin bapak kalian akan pulang malam.” kata ibunya Akhmad.

Harusnya hari ini mereka buka puasa dengan ayahnya,namun karena ayahnya tak pulang akhirnya mereka hanya bertiga saja.

“Bangun nak! Sudah waktunya sahur.” kat ibunya Akhmad.
“Iya…” kata Akhmad.

Lalu Akhmad berjalan menuju meja makan,dan disana Sudah ada Lisun kakaknya dan juga ibunya. Dan ayahnya masih belum pulang juga.

“Bapak masih belum pulang buk?” tanya Akhmad.
“Belum nak,mungkin besok.” kata ibunya.
“Keburu habis baju lebarannya nanti kalau bapak tidak pulang-pulang.” kata Akhmad,ia terlihat kesal.
“Kamu tenang saja dik,kamu pasti akan punya baju baru untuk lebaran.” kata Lisun.
“Iya nak,kamu pasti kebagian kok.” tambah ibunya.

Puasa hari ke-30

Hari demi haripun berlalu,akan tetapi ayahnya Akhmad tak juga pulang. Ibunya Akhmad semakin khawatir dan juga takut.
Ia lalu bertanya pada seorang nelayan,nelayan itu juga adalah teman suaminya.

“Bang,kok suamiku belum juga pulang padahal sudah 4 hari lamanya.” kata ibunya Akhmad.
“Akupun tak tahu,mungkin ia tersesat atau tenggelam.” kata nelayan itu.

Ia menjadi semakin gelisah,jantungnya berdetak kencang,nafasnya seolah terhenti,ia sangat takut.
Setiap detik,setiap menit,setiap jam ia terfikir dengan kata-kata nelayan yang tadi itu.

Beberapa jam kemudian,

“Tok! Tok! Tok!” suara ketukan pintu terdengar.
“Iya.” kata ibunya Akhmad.

Lalu ia membukakan pintu itu dan… Seorang perempuan dengan muka sedih dan air mata yang tengah mengalir itu kini berada di depannya. Ia adalah Mumun,Mumun adalah istri dari salah satu teman ayahnya Akhmad yang ikut melaut pada waktu itu.

“A…ada apa mun? Kok kamu nangis?” tanya ibunya Akhmad.

Lalu Mumun memeluk ibunya Akhmad,air matanya semakin mengalir deras.

“Suami kita…” kata Mumun sambil terus menangis.
“Ada apa dengan suami kita mun?” tanya ibunya Akhmad.
“Mereka semua sudah tidak ada.” kata Mumun.
“Tidak ada bagaimana maksud kamu itu?” tanya ibunya Akhmad.

Lalu Mumun melepaskan pelukannya,

“Perahu mereka di temukan memgapumg terbalik di tengah-tengah lautan oleh para nelayan di desa kita,tapi tidak ada yang bisa memukan mereka. Kemungkinan mereka semua tenggelam.” kata Mumun mencoba menjelaskan.
“Apa!!!” ibunya Akhmad kaget.

Lalu ia menangis…

“Tidak mungkin,ini tidak mungkin.” kata ibunya Akhmad.
“Sabar,kita harus tabah dan sabar.” kata Mumun.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun…” kata ibunya Akhmad.

Lalu mereka beserta para keluarga dan juga para warga memutuskan untuk melakukan sholat ghoib di masjid.

“Bapak!!! Bapak!!! Jangan pergi pak!!!” dalam kamarnya Akhmad terus saja berteriak.

Ibunya dan juga Lisun kakaknya yang mendengar hal itu lalu menghampiri Akhmad.

“Sudahlah nak,bapakmu sudah tiada.” kata ibunya Akhmad.
“Tidak,bapak pasti pulang. Karena ia sudah janji mau membelikanku baju baru buat lebaran.” kata Akhmad.
“Nak…” kata ibunya.
“Aku mau ke pantai,siapa tahu hari ini bapak pulang.” kata Akhmad.

Lalu ia keluar dari rumahnya dan berlari menuju ke pantai.
Akhmad masih belum bisa menerima kalau bapaknya sudah meninggal.

⚫⚫⚫

“Bapak! Bapak…!!! Bapak…..!!!!!” teriak Akhmad.
“Akhmad…!!!!!” seseorang berlari menuju ke arahnya,ia adalah Lisun kakaknya.

Lalu ia memeluk Akhmad dan berkata,

“Bapak pasti pulang kan bang?” tanya Akhmad ia menangis.
“Sudahlah,bapak itu sudah tidak ada,bapak sudah meninggal.” kata Lisun.
“Tapi…” belum sempat Akhmad berbicara namun Lisun sudah menimpalnya.
“Bapak tidak suka melihat kamu sedih terus seperti ini,ia pasti sedih juga disana. Jadi kamu harus tersenyum,agar bapak juga bahagia disana. Ya!!!?” kata Lisun.
“Iya.” kata Akhmad sambil menghapus air matanya.

Lisun melepas pelukannya pada Akhmad dan ia memberikan sebuah kantung plastik pada Akhmad.

“Ini.” kata Lisun.
“Apa ini?” tanya Akhmad.
“Lihat saja sendiri.” Lisun tersenyum.

Lalu Akhmad membukanya dan nampak beberapa baju baru.

“Wah,baju baru. Makasih ya bang!” kata Akhmad.
“Iya,sudah jangan sedih lago,menangis lagi ya. Bapak sudah bahahia disana,kitapun harus bahagia disini. Kamu mengerti kan!!?” kata Lisun.
“Mengerti bang.” kata Akhmad.

Lalu mereka meninggalkan pantai itu,sesekali Lisun melihat ke pantai itu dan air matanya menetes lagi lalu ia menghapusnya. Kemudian Akhmad pun melakukan hal yang sama,ia juga sesekali melihat ke pantai itu. Namun kali ini Akhmad tersenyum.

Selesai.

Penulis:

Memiliki nama asli Aris Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas(2020) dan Ketika Angin Berembus(2021). Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll

4 tanggapan untuk “Lebaran Sebentar Lagi,Bapak Tak Jua Kembali

Tinggalkan komentar