Diposkan pada Cerbung

Petualangan Lima Elemen : 5.

Bandung

Hujan membasahi kota Kembang ketika Zaqy dan Christian sampai di stasiun, mereka berjalan membelah hujan ketika keluar dari stasiun yang tak terlalu ramai saat itu.

“Kita mau ke mana?” tanya Zaqy.

Christian mendongak, dari sana ia dapat jelas melihat petir yang menyambar-nyambar seolah ingin meluluh lantakkan kota itu.

Christian menunjuk ke langit, “Kita akan ke sana,” jawabnya.
Zaqy menelan ludahnya, “Petir?” tanyanya dengan dahi berkerut.
Christian mengangguk, “Ayo!” ia meraih tangan Zaqy dan berlari di bawah rerintik hujan.

Zaqy dan Christian menghentikan langkahnya ketika sampai di tanah lapang, mereka sama-sama terpegan melihat seorang pemuda yang harusnya mati karena telah tersambar petir berkali-kali malah tetap bertahan di sana.

“Apa-apa’an itu?” tanya Zaqy, ia bergidik ngeri.
“Dia adalah pengendali Elemen Petir, namanya Nauval,” Christian memperkenalkan.
“Ayo!” ajak Christian seraya menuruni tangga.

Zaqy masih bertahan di tempatnya berdiri, ia sama sekali tak punya keberanian untuk melangkah ke depan.

Christian menoleh, “Ayo, Zaq. Tunggu apalagi?” tanyanya.

Meski ragu, Zaqy akhirnya melangkahkan kakinya menyusul Christian.

“Nauval?!” panggil Christian setengah berteriak.
Nauval menoleh hingga terlihatlah kedua mata yang menyala, “Siapa kau?” tanyanya ketus.
“Aku Christian, kau harus ikut denganku. Kita akan ke planet Kamaula untuk melawan raja Volt,” jawab Christian.
Nauval menyeringai, “Siapa kau berani memerintahku?” tanyanya lagi.
Christian yang tengah berkacak pinggang itu menunduk, sejurus kemudian ia mendongak dan tersenyum, “Ayolah, kita tak punya banyak waktu. Serius deh,” ucapnya.
“Hadapi aku dulu. Kalau aku kalah, aku akan ikut kalian ke manapun itu,” kata Nauval.
Christian mengangguk, “Baiklah,” ucapnya.

Christian berbalik badan, ia meraih lengan Zaqy lantas menariknya hingga Zaqy maju ke depan.

“Apa?” tanya Zaqy bingung.
“Kau harus melawannya,” jawab Christian.
“Kau bercanda?” tanya Zaqy lagi.
“Anggap saja ini latihan pertamamu,” kata Christian.

Zaqy menelan ludahnya lagi, ia tak tahu harus melakukan apa untuk melawan Nauval si Petir di depan sana.

Sementara itu kedua tangan Nauval mengepal, dari sana muncul listrik, “Majulah!” perintah Nauval.

Zaqy hanya terdiam, ketakutannya berlipat ganda begitu melihat listrik di tangan Nauval menyala-nyala.

Zaqy merasakan nafasnya tercekat setelah ia sadar Nauval sudah ada di depan matanya hanya dalam sekedipan mata, Nauval lantas membenamkan pukulan di perut Zaqy dan Zaqy meringis kesakitan setelah terlempar jauh.

“Hei, Pak Tua. Apakah kau bercanda? Aku diserang dan kau hanya terdiam melihatiku,” tanya Zaqy seraya menyeka darah yang keluar dari mulutnya.
Christian menyingsingkan lengan baju, “Tentu saja tidak, ini pertandingan dua lawan satu,” jawabnya seraya berlari ke arah Nauval.

Christian dan Nauval saling baku hantam setelahnya, akan tetapi Nauval lebih sering memukul karena kekuatan yang membuatnya serba cepat itu. Christian bahkan beberapa kali terkena pukulan dan setelahnya ia hanya bisa mengelak.

“Bantu aku!!!” teriak Christian.
Zaqy bangkit, “Bagaimana caranya?” tanyanya.
“Tirulah gerakanku,”

Berlatar belakang suara petir dan kilatnya yang menyilaukan mata, Zaqy mengikuti gerakan tangan Christian yang lembut seperti ombak ke kanan ke kiri lantas menjulur ke depan. Dari sana keluar angin dan menghempas Nauval hingga terjatuh.

Zaqy terkesiap akan kekuatannya sendiri, “Beneran aku punya kekuatan, ya?” tanyanya seraya memandangi kedua tangannya dengan tak percaya.
“Terherannya nanti saja, sekarang gunakanlah kekuatan petirmu!” perintah Christian.
Dahi Zaqy berkerut, “Cepat, Zaqy!” hardik Christian.

Zaqy mengarahkan tangan ke arah Nauval, secepat kilat ia melesat melaju menuju Nauval dan Nauval terpegan bahwa ia telah diserang dengan kekuatan petir yang sama dengan miliknya

“Bagaimana, mung—kin…” ucap Nauval terbata.
Nafas Zaqy terengah-engah, “Aku juga tidak tahu,” ucapnya seraya mendorong Nauval hingga terjatuh.
“Bagus, Zaqy!” seru Christian seraya menepuk pundak Zaqy.
“Bagaimana aku bisa punya kekuatan Angin dan Petir?” tanya Zaqy yang masih memandangi kedua tangannya.
Christian tersenyum, “Karena kamu telah terpilih,” jawabnya, “kamu tak hanya punya kedua kekuatan itu, kamu juga punya; Api, Air dan Tanah. Namun ingat, kau hanya boleh menggunakan satu nantinya.”

Zaqy terpegan, bukan karena ia mengetahui kenyataan bahwa ia memiliki banyak kekuatan, melainkan karena ia merasa pernah mendengar kata yang diucapkan Christian sebelumnya.

“Kau kenapa?” tanya Christian.
Zaqy menggeleng pelan, “Apa dia telah mati?” tanyanya seraya menunjuk pada Nauval.
Christian tertawa mendengar pertanyaan Zaqy, “Dia ini si Petir, tidak mungkin petir mati hanya karena diserang dengan petir pula,” katanya masih terkekeh-kekeh.

Christian meraih Nauval, ia menggendong tubuh Nauval dipunggung lantas bergegas.

“Ayo, Zaq! Kita cari Elemen berikutnya,” kata Christian seraya menoleh.
Zaqy mengangguk, “Kita akan ke mana?” tanyanya.
“Borneo.”
“Hah!?” tanya Zaqy setengah berteriak.

Penulis:

Memiliki nama asli Aris Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas(2020) dan Ketika Angin Berembus(2021). Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll

Tinggalkan komentar